enurut para ahli, 10% dari keseluruhan jenis tumbuhan
berbunga di dunia ada di Indonesia. Artinya kita memiliki kurang lebih
25.000 jenis tumbuhan berbunga. Jika ditambah dengan tumbuhan tak
berbunga dan jamur, maka jumlahnya akan berlipat-lipat. Dari keseluruhan
jenis tumbuhan itu ada yang beracun, ada yang bisa dimakan, dan ada
yang disarankan untuk dimakan.
Tak beracun = dimakan satwa
Untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan di hutan aman atau tidak
untuk dimakan, ada beberapa kunci yang bisa dijadikan pegangan.
Tumbuhan
yang daun, bunga, buah, atau umbinya biasa dimakan oleh satwa liar,
adalah tumbuhan yang tidak beracun. Jadi kita bisa mengkonsumsinya.
Sementara, tumbuhan yang berbau tidak sedap dan bisa membuat pusing,
serta tidak disentuh oleh binatang liar, sebaiknya jangan disentuh. Juga
tumbuhan bergetah yang membuat kulit gatal, dianjurkan untuk dihindari.
Buah senggani (Melastoma sp.) boleh dimakan.
(ket photo : Melastoma)
Tumbuhan
lain yang perlu disingkirkan adalah tanaman yang daunnya bergetah
pekat, berwarna mencolok, berbulu, atau permukaannya kasar. Tanaman
dengan daun yang keras atau liat juga jangan dikonsumsi. Jika
mendapatkan tumbuhan kemaduh (Laportea stimulans) waspadalah lantaran
bulu pada daunnya membuat kulit gatal dan panas.
(ket photo : Laportea stimulans)
Sementara itu beberapa jenis tumbuhan yang mungkin ditemui di hutan
dan dapat dimakan meliputi beragam jenis. Di antaranya keluarga
palem-paleman, misalnya kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, aren, dan
siwalan. Bukan hanya bagian umbutnya (bagian ujung batang muda dan
berwarna putih) yang bisa dimakan, tapi juga buahnya (seperti kelapa dan
siwalan).
Jenis
jambu-jambuan yang masuk dalam keluarga Myrtaceae juga banyak dijumpai
di hutan. Ciri-ciri Myrtaceae adalah daunnya berbau agak manis jika
diremas. Bunganya memiliki banyak sekali benang sari dengan buah yang
enak dimakan.
(ket photo : Myrtaceae)
Tumbuhan semak dari keluarga begonia juga bisa jadi penyelamat dalam
keadaan darurat. Daun begonia umumnya berbentuk jantung tidak simetris.
Beberapa jenis dijadikan tanaman hias. Bila tangkai daunnya yang masih
muda dikupas dan dimakan, rasanya masam dan sedikit pahit.
Beberapa
jenis keladi umbinya bisa dimakan, meski pada jenis lain umbinya
menyebabkan gatal di mulut dan bibir. Untuk itu dianjurkan untuk tidak
sembarangan melahap keladi hutan. Sebaiknya dicoba dulu dalam jumlah
kecil. Hindari makan iles-iles (Amorphophallus sp.)
(ket photo : Amorphophallus sp)
Tumbuhan merambat dan melilit di pohon lain, bisa dimakan jika
lilitan batang ke arah kanan (searah dengan jarum jam). Di antaranya
gembili (Dioscorea aculeata), gembolo (Dioscorea bulbifera), ubi rambat.
Tapi bila arah lilitannya ke kiri (berlawanan arah jarum jam) dan
batangnya berduri, harus ekstra hati-hati. Jenis yang kedua ini misalnya
gadung (Dioscorea hispida), yang beracun, walau tetap dapat dimakan
setelah melalui proses pengolahan khusus.
Sementara
keluarga rumput-rumputan seperti tebu dan beberapa jenis bambu,
rebungnya enak dimakan. Demikian pula pisang hutan bisa langsung
dikonsumsi.
(ket photo : Dioscorea hispida)
Di tempat yang lembap dan tinggi, jenis paku-pakuan tunas dan daun
mudanya enak dimakan. Tumbuhan lain yang buahnya juga bisa dimakan
misalnya markisa (Passiflora sp.). Markisa ini adalah tumbuhan merambat
dengan bunga khas. Beberapa anggota keluarga sirsak (Annonaceae),
misalnya Annona muricata, daging buahnya segar. Buah lainnya semisal
senggani (Melastoma sp.), arbei hutan (Rubus), dan anggur hutan.
Hindari warna mencolok
Selain tumbuhan di atas, jamur juga bisa menjadi dewa penyelamat bila
tersesat. Menurut literatur, sudah ditemukan 38.000 jenis jamur di
seantero dunia. Di antaranya ada yang enak dimakan, tapi sayang, yang
tidak boleh dimakan karena beracun lebih banyak lagi. Tidak heran bila
budaya makan jamur yang layak konsumsi konon sudah ada sejak jaman Mesir
Kuno.
Untuk mengetahui jamur itu beracun atau tidak, bisa dilihat dari
bentuk, warna, dan tempat tumbuhnya. Sementara di laboratorium, bisa
dilakukan analisis secara kimiawi maupun dengan hewan percobaan. Tetapi
jika sedang dihadapkan pada masalah mendesak survival di hutan
belantara, mustahil bisa pergi ke laboratorium dulu untuk memastikan
apakah jamur yang ditemukan itu beracun atau tidak. Karena itu kita
perlu mengenal jamur-jamur yang biasa dikonsumsi masyarakat.
Untuk menghindari makan jamur liar beracun, perlu diketahui
ciri-cirinya. Yaitu, warna payungnya gelap atau mencolok misalnya biru,
kuning, jingga, merah. Perkecualian untuk jamur kuping dengan payung
coklat yang toh juga dapat dimakan.
Bau tidak sedap lantaran kandungan asam sulfida atau amonia juga sekaligus menunjukkan jamur tersebut tak layak konsumsi.
Tahukah
kamu, beberapa jenis jamur ada yang memiliki cincin atau cawan pada
tangkainya, misalnya jenis Amanita muscaria, dalam bahasa Jawa disebut
supa-upas. Bentuknya seperti payung putih kekuningan, bagian payungnya
warna merah bintik-bintik putih. Awas, racun pada jamur ini tergolong
racun kuat. Beda dengan jamur merang (Volvariella volvacea), meski
mempunyai cincin tetapi bisa dimakan.
(ket photo : Amanita muscaria)
Jamur beracun umumnya tumbuh di tempat kotor, misalnya pada kotoran
hewan dsb. Mereka dapat berubah warna jika dipanasi. Jika diiris dengan
pisau perak atau digoreskan pada perkakas perak akan meninggalkan warna
biru. Warna biru ini disebabkan kandungan sianida atau sulfida, yang
beracun. Sementara nasi akan berwarna kuning jika dicampur jamur
beracun. Petunjuk lain, ia juga tidak dimakan oleh hewan liar.
Repotnya jenis jamur ini juga berbahaya kalau sampai sporanya
menempel pada kulit, karena dapat menyebabkan kulit gatal, bahkan
melepuh. Bagaiamana ciri-ciri orang yang keracunan jamur? Selidikilah,
apakah ia pusing, perut sakit terutama ulu hati, mual, sering buang air
kecil, tubuh lemas, pucat? Jika ia muntah, adakah darah pada
muntahannya? Racun akibat jamur cukup ganas juga, kalau tidak tertolong
korban bisa meninggal setelah 3 – 7 hari.
Sebelum dimakan, tumbuhan liar di hutan sebaiknya dimasak dulu untuk
mengurangi dampak buruk seperti diare dan alergi. Bagaimana kalau sedang
coba-coba makan tumbuhan hutan lantas keracunan? Masih ada upaya
menetraliskan. Upayakan untuk memuntahkannya dengan jalan
“dipancing-pancing”. Jika sudah muntah minumlah air kelapa. Pil norit
mungkin bisa juga membantu mengurangi kadar racun kalau ada.
I think your blog is good to read and may be very beneficial for everyone so if you constantly update your blog will probably look even better
BalasHapushttp://www.sanadomino.com/