Mendaki gunung di musim pancaroba bukan kegiatan yang mudah. Cuaca yang tidak menentu, membuat tanah menjadi gembur dan sulit dipijak. Hujan yang turun tidak menentu membuat jalanan sepanjang pendakian menjadi licin.
Minggu itu sebenarnya bukanlah saat yang tepat untuk melakukan pendakian. Bagaimana tidak? Cuaca sangat tidak mendukung. Ditambah lagi terjadi musibah yang menimpa rekan Pecinta Alam Mapateksi. Korban tewas terseret arus sungai di Gua Kiskendo, Kendal.
Namun teman-teman saya memberanikan diri atau bisa dibilang nekat untuk tetap mendaki salah satu gunung tertinggi di Jawa Tengah yaitu Gunung Sindoro. Berbekal perlengkapan standar naik gunung dan makanan yang berlebih, pukul 11.00 WIB kami berangkat dari tempat berkumpul
Kami tiba di basecamp Gunung Sindoro pukul 14.00 WIB. Beberapa dari kami kemudian melaksanakan ibadah salat dan mengisi perut dengan makan di warung-warung di sekitar basecamp. Kondisi basecamp terlihat sangat bagus.
Basecamp merupakan balai desa di daerah tersebut dan tempat berkumpul pemuda setempat untuk sekedar nongkrong. Sehingga basecamp terlihat selalu ramai.
Setelah kami bersiap untuk naik, tiba-tiba hujan deras mengguyur kaki Gunung Sindoro. Kami terpaksa menunda keberangkatan hingga hujan reda. Alhamdulillah hujan tidak berlangsung lama.
Sekitar pukul 16.00 WIB setelah hujan reda kami berkumpul untuk memanjatkan doa dan bersiap memulai pendakian. Pendakian kami mulai dengan melewati rumah penduduk dan ladang milik warga sekitar.
Beberapa kali kami berpapasan dengan warga yang kala itu sedang bertani kol. Kol merupakan tanaman sayur yang paling banyak kami jumpai di sini. Sepanjang perjalanan kami disuguhi hamparan padang kol yang sangat luas.
Tak terasa hampir 1 jam kami berjalan dan mulai masuk ke area hutan. Terdapat beberapa papan peringatan untuk para pendaki agar waspada karena kawah Gunung Sindoro masih berstatus aktif. Juga ada beberapa himbauan agar menjaga kebersihan dan kelestarian Gunung Sindoro.
Sebenarnya perjalanan melewati ladang penduduk ini bisa ditempuh menggunakan motor. Biasanya beberapa pemuda menawarkan tumpangan sampai melewati ladang. Namun tentu tumpangan ini tidak gratis.
Kami memilih berjalan kaki. Selain ingin lebih menikmati pemandangan, kami juga ingin melakukan pemanasan sebelum pendakian melewati hutan belantara Gunung Sindoro.
Hari mulai gelap. Terdengar suara azan Maghrib berkumandang dari sebuah masjid di kaki Gunung Sindoro. Kami beristirahat sejenak sambil menikmati sunset dengan latar belakang Gunung Sumbing.
Tak terasa perjalanan kami sudah berlangsung dua jam. Setelah azan kami pun melanjutkan perjalanan kami kembali. Sekitar 30 menit kemudian, kami sampai di Pos 1.
Kondisi Pos 1 ini biasa saja. Di sini hanya tampak sisa gubuk dan lahan landai yang hanya cukup untuk 2 tenda ukuran kecil. Setelah berisitirahat sejenak di Pos 1, kami melanjutkan perjalanan kami.
Target kami adalah Pos 3. Menurut kami Pos 3 memiliki dataran landai yang cukup luas dan cukup untuk menampung 6 tenda kami. Perjalanan dari Pos 1 ke 3 merupakan medan yang cukup menantang.
Kami berjalan melewati hutan. Terdapat beberapa lubang yang bila tidak berhati-hati, kami bisa terperosok dan masuk ke jurang. Ditambah lagi jalan yang licin akibat hujan semakin menambah tantangan.
Setelah sekitar 1,5 jam perjalanan dari Pos 1, kami tiba di Pos 2. Tidak banyak yang kami lakukan di Pos 2. Kami hanya sekedar beristirahat, minum, dan mengendurkan otot-otot kaki dan tangan yang mulai kelelahan.
Perjalanan kami lanjutkan. Dari Pos 2, medan yang kami hadapi semakin berat lantaran tanjakan yang lebih curam dan jalan yang cukup sempit. Hal ini membuat beberapa dari kami mulai tampak kelelahan.
Kami menyiasati dengan istirahat beberapa kali di titik-titik yang cukup landai. Meski hampir tidak ada tempat landai di jalur antara Pos 2 ke 3.
Beberapa dari kami yang membawa tenda berinisiatif untuk naik duluan ke Pos 3. Mereka membangun tenda sehingga setelah semua anggota kelompok sampai bisa langsung beristirahat.
Semua anggota kelompok sampai di Pos 3 sekitar pukul 22.00 WIB. Beberapa dari kami memasak mie dan air untuk sekedar menghangatkan badan. Suhu di Pos 3 Gunung Sindoro waktu itu tidak terlalu dingin jika dibandingkan dengan dengan Pos 3 di Gunung Sumbing.
Setelah puas menyantap makanan, kami berisitirahat dan mempersiapkan fisik untuk summit attack keesokan harinya. Kami beristirahat sampai jam 03.00 WIB, kemudian berkumpul kembali untuk melanjutkan perjalanan. Cuaca pagi itu sangat cerah.
Ditemani bintang-bintang, kami melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Sindoro. Beberapa dari kami terpaksa tidak melanjutkan perjalanan karena masalah fisik yang kurang bugar.
Memang fisik merupakan salah satu faktor terpenting karena jalur pendakian dari Pos 3 ke puncak sangat terjal. Ditambah dengan tanah gembur yang tidak stabil saat dipijak. Jika salah memijak, bisa-bisa kita terperosok dan terjun ke jurang.
Kondisi yang masih gelap juga sedikit menghambat perjalanan kami menuju puncak. Kami sarankan untuk tidak membawa perlengkapan yang terlalu berat, cukup membawa makanan dan air minum secukupnya.
Sekitar pukul 05.15 WIB sang mentari mulai menampakkan wajahnya di belakang kami. Terlihat dengan indah bagaimana sunrise dipadu dengan paket Gunung Sumbing, Merbabu, Merapi, dan pemandangan Kota Temanggung dengan lampunya yang bercahaya.
Kami mungkin sedikit kecewa lantaran tidak bisa menikmati sunrise di puncak. Tapi hal ini sedikit banyak terobati karena pemandangan dari tempat kami berdiri sudah sangat indah. Sunrise benar-benar terlihat jelas.
Foto di atas merupakan gambar yang kami ambil saat perjalanan menuju puncak.
Perjalanan ke puncak merupakan medan terberat dalam perjalanan kami. Selain tanah yang gembur, jalur juga dipenuhi batu-batu kerikil yang cukup tajam.
Kami harus berhati-hati supaya batu-batu tadi tidak jatuh dan menimpa teman yang berada di bawah kami. Kelelahan mulai terlihat di raut wajah kami. Namun semangat dan tekad untuk menaklukkan Sindoro bisa mengalahkan rasa lelah kami.
Setelah perjalanan yang panjang, sekitar pukul 07.15 WIB kami tiba di puncak Gunung Sindoro. Kawah Jalatundanya masih mengeluarkan aroma belerang yang cukup menyengat.
Kami berisitrahat dan menikmati keindahan Puncak Sindoro yang terkenal akan padang edelweissnya. Dari Puncak Sindoro, kami bisa melihat beberapa puncak gunung diantaranya Prahu, Merbabu, Merapi, Sumbing, Ungaran, Slamet, dan samar-samar terlihat Puncak Lawu.
Selain itu jika mau mengelilingi puncak Sindoro kita bisa melihat kawasan dataran tinggi Dieng dengan Telaga Warnanya yang terlihat indah.
Sekitar pukul 08.00 WIB kami memutuskan untuk turun. Jika terlalu siang biasanya kabut akan turun. Bau belerang dari kawah akan semakin menyengat dan cukup berbahaya karena sangat beracun.
Sekitar satu jam kemudian kami sampai di Pos 3. Setelah itu kami packing, makan, dan bersiap turun gunung.
Kami sampai di basecamp Gunung Sindoro pukul 12.30 WIB. Sembari menunggu truk datang menjemput, kami sempatkan untuk salat dan menyantap nasi bungkus yang sebelumnya telah kami pesan ke warung di dekat basecamp.
0 komentar:
Posting Komentar