Sebagai sang legenda dalam dunia pecinta alam kehadiran ayah dua ini selalu ditunggu-tunggu oleh komunitas pecinta alam di seluruh Indonesia, termasuk di Makassar.
Belum lama ini (26/1) lelaki kelahiran Tomohon Sulawesi Utara tersebut hadir dalam seminar pecinta alam di Auditorium Amanagappa Universitas Makassar ditemani istri tercinta Regina Joyce Moningka (61) dan dua anak laki-lakinya yakni Errol Kamang Lantang (29) dan Cernan Wailan Lantang (27) yang kini aktif terlibat di dunia pecinta alam.
Kehadiran Herman Lantang dalam seminar lingkungan ini sungguh menghangatkan suasana, sebab gayanya sangat santai dan familiar sekali. Bahkan, forum yang awalnya berbentuk satu arah diubah menjadi formasi lingkaran. “Biar lebih akrab,” katanya.
Kecintaan Herman terhadap lingkungan dan alam terlihat sudah mendarah daging, terbukti sebelum ‘membocorkan’ catatan perjalanannya mulai tahun 1964 sampai sekarang, Herman mengajak peserta seminar untuk membersihkan gelas dan botol air mineral yang berserakan dalam aula. “Ayo bersihkan dulu sampah-sampah baru kita lanjut diskusi,” ajaknya kepada peserta seminar yang langsung refleks berdiri memungut satu persatu sampah yang bertebaran.
Sebagai pecinta alam yang telah melewati beberapa masa, Herman mengaku miris dan sedih melihat gaya pecinta alam sekarang. “Pecinta alam sekarang sudah menyeleweng dari tujuan awal berdirinya pecinta alam. Dulu kita membentuk lembaga pecinta alam tujuannya untuk lebih menanamkan rasa cinta kita kepada Tuhan, kepada alam dan kepada sesama manusia. Tapi, saya liat sekarang menyeleweng jauh dari apa yang pernah menjadi tujuan tersebut,” ungkap Herman blak-blakan dalam seminar yang bertemakan “Satu Arah, Satu Tujuan Mari Lestarikan Bumi.”
Herman berharap pecinta alam yang kini makin banyak bermunculan bisa memaknai arti dari kata pecinta alam. Seperti menanamkan rasa cinta kepada Tuhan, rasa cinta kepada tanah air dan rasa cinta kepada sesama. “Jangan hanya mendaki gunung saja. Jangan bergabung menjadi pecinta alam karena lagi ngetrend, karena macho atau hanya karena mau jalan-jalan saja, tapi maknai pendakian tersebut sebagai wujud dari rasa cinta kita kepada alam.” ujar sosok bersahabat yang telah menginjakkan kaki di Puncak Jaya tahun 1972 ini.
Apakah langkah Herman Lantang yang tetap eksis di alam dalam usia yang tidak muda lagi mendapat rintangan dari istri? Ternyata dengan bijak Joyce bertutur, dia selalu mendukung sang suami bergelut dengan alam. Dia hanya mengingatkan untuk selalu makan teratur agar kesehatan Bapak tetap terjaga. “Sebab, rasa sakit itu dari perasaan. Kalau perasaan bapak tertekan karena dilarang bepergian, malah sakit jadinya,” tutur Joyce yang selalu setia mendampingi Herman kemana-mana.
Tidak jauh berbeda dengan Herman Lantang, Asmin Amin pendiri Kharisma Cinta Alam Makassar yang dipanel dengan aktivis 66 tersebut mengaku sedih melihat tradisi pecinta alam sekarang. Tradisi mereka sudah jauh dari kode etik pecinta alam. “Tradisi kebersamaannya sudah luntur. Ini yang harus kembali dipupuk. Tugas kita sekarang bagaimana mengembalikan tradisi pecinta alam ke kode etik pecinta alam,”
Cinta alam ? tanam pohon yuk, sekarang ada program revolusioner lho, menanam pohon sekaligus mendapatkan manfaat ekonomi atas penanaman dan kampanyenya,. Cari tahu caranya di : http://www.greenwarriorindonesia.com . Tindakan nyata bermanfaat :)
BalasHapusMataJala Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama (UMNU) Kebumen. JL Kusuma No. 75 Kebumen, Jawa Tengah.
BalasHapusWeb: http://matajala.itumnu.com
email: matajala@itumnu.com