Berbekal secuil informasi dari Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta,
siang tadi akhirnya saya menemukan alamat rumah sekaligus bengkel kerja
Bu Aminah di belakang Kantor Kelurahan Kadipiro Kota Solo. Kesan
pertama bertemu, Bu Aminah begitu enerjik dan nampak sekali menyebarkan
aura positif dari enerjinya itu. Tujuan awalnya, bagi tim saya adalah
ingin mengajak anak-anak dari Kampung Sewu Kota Solo, yang selama ini
kita fasilitasi melalui sebuah proses pembelajaran Berpikir Sistem;
untuk belajar di tempat Bu Aminah, bagaimana mengelola sampah, sebagai
kelanjutan pengembangan ketrampilan setelah mendapatkan teori pada tahap
sebelumnya.
Gayung pun bersambut, Bu Aminah bersedia menerima dengan senang hati,
anak-anak yang akan belajar di tempat beliau minggu depan. Bu Aminah
kemudian mulai bercerita panjang lebar, bagaimana kemudian beliau bisa
terjun ke dunia “persampahan” yang masih sering dianggap sebelah mata
oleh sebagian besar dari orang.
Berawal dari gagasannya, untuk menghijaukan gang di depan rumahnya. Tadinya, Bu Aminah, berbekal gagasan konsep penghijauan sederhana, mempresentasikan ke berbagai tempat tentang gagasannya itu. Rupanya, sekali waktu, ia terbentur dengan sentilan seseorang : “Bagaimana ibu bisa berteori tentang gagasan itu, hla wong buktinya gak ada gitu kok…?”. Tak pelak lagi, sindiran itu menjadi “turning point” bagi Bu Aminah. Alih-alih mempresentasikan gagasan, Bu Aminah langsung mengambil tindakan nyata, dengan upaya awal menghijaukan gang di depan rumahnya. Nampaknya usaha ini berhasil menarik minat dan perhatian tetangga lainnya, mereka lantas berbuat hal yang sama, karena ternyata mendapat manfaat yang nyata dari tempat tinggal yang asri dan nyaman.
Gagasan Bu Aminah pada akhirnya berkembang bermacam-macam. Berangkat
dari keprihatinannya tentang sampah, Bu Aminah mencoba-coba idenya
dengan membuat kerajinan dari koran bekas. Berbagai macam model
kerajinan telah dihasilkannya, dan seringkali ditawarkan melalui
pameran-pameran kerajinan yang diikutinya.Seiring berjalannya
waktu, Siti mengajak penduduk sekitar rumahnya untuk membantu
memproduksi barang kerajinan Koran. Semenjak itulah Bu Aminah membimbing
pelatihan-pelatihan pengolahan limbah koran di berbagai kota di
Indonesia. Alhasil, kerajinan berbahan dasar koran bekas ini, menghasilkan income tersendiri.
Sesuatu yang tadinya nampak tidak berguna, namun rupanya bila
dimanfaatkan dengan keahlian, akan memiliki nilai ekonomis.
Saat ini, Bu Aminah juga sedang mengerjakan sampah dari Bank Indonesia Kota Solo, yaitu berupa sampah uang yang dihancurkan. Setiap bulannya, BI menghasilkan sampah semacam ini mencapai 2 truk besar tiap bulannya. Sampah ini tadinya dibuang ke TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo, karena pemusnahan sampah uang dengan dibakar sudah tidak diijinkan lagi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, bagaimana sampah uang ini sebaiknya diperlakukan. Selalu membuangnya ke TPA juga bukan keputusan bijak, akhirnya tantangan ini direspon Bu Aminah dengan membuat beberapa usulan desain untuk memanfaatkan uang sampah tersebut. Tadi siang, saya melihat sendiri, bagaimana Bu Aminah “trial error” dengan sampah uang itu untuk dijadikan barang yang bermanfaat. Setelah beberapa waktu yang lalu berkonsultasi dengan tim teknik lingkungan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Kota Solo, muncul ide untuk memanfaatkan limbah uang itu menjadi panel dinding. Menggunakan resin, limbah uang itu dicampurkan, dan kemudian dicetak. Hasilnya sangat bagus. Panel dinding yang sekilas mirip granit…!
Berawal dari gagasannya, untuk menghijaukan gang di depan rumahnya. Tadinya, Bu Aminah, berbekal gagasan konsep penghijauan sederhana, mempresentasikan ke berbagai tempat tentang gagasannya itu. Rupanya, sekali waktu, ia terbentur dengan sentilan seseorang : “Bagaimana ibu bisa berteori tentang gagasan itu, hla wong buktinya gak ada gitu kok…?”. Tak pelak lagi, sindiran itu menjadi “turning point” bagi Bu Aminah. Alih-alih mempresentasikan gagasan, Bu Aminah langsung mengambil tindakan nyata, dengan upaya awal menghijaukan gang di depan rumahnya. Nampaknya usaha ini berhasil menarik minat dan perhatian tetangga lainnya, mereka lantas berbuat hal yang sama, karena ternyata mendapat manfaat yang nyata dari tempat tinggal yang asri dan nyaman.
Saat ini, Bu Aminah juga sedang mengerjakan sampah dari Bank Indonesia Kota Solo, yaitu berupa sampah uang yang dihancurkan. Setiap bulannya, BI menghasilkan sampah semacam ini mencapai 2 truk besar tiap bulannya. Sampah ini tadinya dibuang ke TPA Putri Cempo, Mojosongo, Solo, karena pemusnahan sampah uang dengan dibakar sudah tidak diijinkan lagi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, bagaimana sampah uang ini sebaiknya diperlakukan. Selalu membuangnya ke TPA juga bukan keputusan bijak, akhirnya tantangan ini direspon Bu Aminah dengan membuat beberapa usulan desain untuk memanfaatkan uang sampah tersebut. Tadi siang, saya melihat sendiri, bagaimana Bu Aminah “trial error” dengan sampah uang itu untuk dijadikan barang yang bermanfaat. Setelah beberapa waktu yang lalu berkonsultasi dengan tim teknik lingkungan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Kota Solo, muncul ide untuk memanfaatkan limbah uang itu menjadi panel dinding. Menggunakan resin, limbah uang itu dicampurkan, dan kemudian dicetak. Hasilnya sangat bagus. Panel dinding yang sekilas mirip granit…!
Usaha Bu Aminah kini bernaung dalam
wadah Bina Usaha Mandiri. Dalam proses pengembangannya, karena berbasis
ramah lingkungan, Bu Aminah mendapatkan bantuan dana dari CSR (Corporate Social Responsibility),
baik dari BUMN, lembaga keuangan maupun badan-badan lainnya. Di awal
perbincangan, Bu Aminah sempat menyampaikan tujuan utama gagasannya itu,
yaitu lebih kepada pemberdayaan lingkungan daripada keuntungan secara
finansial.
Melihat segala usahanya, rasanya cita-cita
Bu Aminah itu sudah mulai terwujud. Lingkungan telah mendapatkan manfaat
dan bukti nyata dari gagasan sederhana mengelola sampah…
0 komentar:
Posting Komentar