Bagi
para penggiat alam bebas, khususnya di Gunung-Hutan, masalah yang
sering dihadapi adalah kehilangan orientasi terhadap rute yang ditempuh.
Untuk mereka yang berpengalaman, hal tersebut mungkin saja merupakan
“bunga-bunga” sebuah perjalanan dan seringkali dapat diatasi tanpa butuh
waktu lama. Namun bagi para pemula, hal ini tentu bisa menjadi kendala
besar yang bisa menguras kondisi fisik dan psikis.
Kebanyakan
diktat menganjurkan kita untuk tetap tenang bila menghadapi situasi
seperti itu. “Peraturan pertama” tersebut memang sangat membantu,
karena dalam kondisi panik segala sesuatunya malah bisa menjadi runyam.
Beberapa diktat lainnya juga menganjurkan untuk segera melakukan re-orientasi terhadap medan, baik melalui resection maupun interpretasi. Alternatif ini tentu amat nyaman dilakuakan bila
kita berada di tempat yang cukup terbuka atau mempunyai objek yang
dapat dijadikan sasaran bidik kompas kita. Namun hal tersebut tidak
mudah dilakukan bila kita berada dalam hutan lebat dengan pepohonan yang
tumbuh rapat dan menjulang tinggi.
Salah
satu cara mengatasi kehilangan orientasi di hutan-hutan tropis - selain
memanjat pohon-pohon tinggi untuk mendapatkan pandangan yang lapang
bagi proses resection - adalah melakukan Mobile Transit.
Mobile
Transit adalah teknik berpindah tempat atau bergerak dengan melakukan
report terhadap setiap sudut kompas yang dibentuk dengan menggunakan
sumber daya internal (anggota tim) sebagai objek bidikan. Report setiap
sudut tersebut nantinya akan dikonversikan kedalam peta yang kita bawa
bila betul-betul mendapat kesempatan untuk melakukan resection. Cara
ini dapat mengurangi resiko kehilangan orientasi berkali-kali yang dapat
sangat mengganggu perjalanan.
Sebenarnya
Mobile Transit telah banyak dibahas pada diktat-diktat navigasi darat
baik dasar maupun lanjutan. Dalam bentuk yang kurang lebih sama, teknik
ini juga sering digunakan para Caver ketika memetakan gua
atau para surveyor ketika memetakan hutan. Namun mungkin karena terasa
agak ribet, Mobile Transit jadi jarang dipraktekkan pada setiap
perjalanan. Padahal penggunaan tehnik ini relatif lebih mudah
dibandingkan resection/ intersection atau interpretasi yang membutuhkan
analisis lebih jauh.
Teknik
ini menggunakan teman seperjalanan sebagai sasaran bidik dengan jarak
relatif - tergantung visibility dan kondisi medan. Hal penting yang
harus dimiliki sebelum melakukan Mobile Transit adalah “Entry Point”.
Yang dimaksud Entry Point disini bukan cuma Base Camp atau titik awal
dari sebuah perjalanan/pendakian saja, melainkan juga bisa berarti titik
yang dianggap awal dari sebuah kesadaran terhadap kehilangan orientasi.
Secara simple, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Leader bergerak ke depan sampai batas yang dapat dilihat oleh navigator (sebelumnya tentukan entry point).
2.Navigator
kemudian menentukan sudut kompas (Azimuth) leader, mencatat dan membuat
skemanya dalam sebuah kertas kosong. Bila cukup yakin dengan Entry
Point, penggambaran langsung ke peta juga dapat dilakukan. Catatan
tersebut bisa ditambah dengan perkiraan jarak Leader dan Navigator,
ketinggian (bila ada Altimeter), perkiraan kemiringan, ciri-ciri tempat
yang khas ataupun penggunaan string tag/string lines bila ada. Informasi
yang lengkap terhadap setiap lokasi akan sangat membantu analisa medan.
3. Navigator bergerak ke posisi leader dan kemudian leader bergerak kedepan lagi, mengulangi proses pada poin 1. Begitu seterusnya.
4. Variasi
lain yang dapat digunakan adalah Leader melakukan cross check terhadap
azimuth Navigator dengan membidiknya (Back Azimuth bagi Navigator).
5. Segera lakukan resection bila ada kesempatan.
Dengan teknik ini, pergerakan jadi lebih terkontrol dan dapat direport dengan baik. Tidak sulit, bukan?
Mobile
Transit membutuhkan kreatifitas dan kerjasama yang baik antara Leader
dan Navigator. Meski demikian, cara ini juga bisa dilakukan sendirian
dengan bantuan String Tag/ String Line yang dipasang pada pepohonan di
dalam hutan sebgai objek bidikan. Agak repot memang. Namun beberapa
pengalaman menunjukkan bahwa Mobile Transit bisa sangat membantu pendaki
yang melakukan perjalanan seorang diri dari kehilangan orientasi di
hutan tropis.
Bagaimanapun,
Mobile Transit sebaiknya dilakukan sejak awal, ketika Entry Point masih
sangat pasti di peta. Ini juga adalah bagian dari antisipasi bila kita
kehilangan orientasi di tengah jalan, terutama pada pembukaan rute-rute
baru pada punggungan bukit yang masih perawan. Selain itu, sering
melakukan Mobile Transit dapat menumbuhkan intuisi terhadap medan
hutan-hutan tropis dalam perjalanan-perjalanan kita selanjutnya.
Bukankah lebih baik mencegah dari pada mengobati...Eh, tersesat?
0 komentar:
Posting Komentar