Hutan pegunungan Wilis pada sisi Kediri, tepatnya di daerah Dolo
kecamatan Mojo. Hutan dengan banyak aliran air, berhawa digin dan
tingkat kelembaban rendah
Gunung Wilis adalah sebuah gunung non-aktif yang terletak di Pulau Jawa,
Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Gunung Wilis memiliki ketinggian 2552
meter, serta puncaknya berada di perbatasan antara enam kabupaten yaitu
Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Trenggalek. Obyek
wisata Gunung Wilis yang paling banyak adalah air terjun, namun belum
begitu dikembangkan hingga saat ini. Daerah perbukitan Gunung Wilis
pernah dilalui oleh Jendral Sudirman sebelum melakukan serangan sebelas
maret ke Yogyakarta.
Untuk mendaki ke Gunung Wilis dari arah timur, pendakian dapat dimulai
melalui Kabupaten Kediri tepatnya Kecamatan Mojo. Jalan menuju ke puncak
gunung Wilis sudah dibangun memadai melalui Mojo. Sementara itu dari
arah selatan Gunung Wilis dapat didaki dari Kecamatan Sendang, Kabupaten
Tulungagung. Apabila ingin mencapai Gunung Wilis dari arah utara,
pendakian dapat dimulai dari Kabupaten Nganjuk, sementara dari arah
barat, pendakian dapat dimulai dari Kabupaten Ponorogo atau Kabupaten
Madiun.
Gunung Wilis mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.
[sunting] Air Terjun pada gunung Argowilis
Air terjun Laweyan, Sendang, Tulungagung
Air terjun Sedudo, Sawahan, Nganjuk
Air terjun Ironggolo, Mojo, Kediri
Air terjun Dolo, Mojo, Kediri
Gunung Wilis merupakan gunung tidak aktif dengan tinggi 2563 mdpl di
Jawa Timur. Gunung tersebut merupakan gunung dengan 5 puncak yang masing
- masing dapat dijangkau dari tiap kota misalnya Puncak Liman dapat
dijangkau dari kota Nganjuk dan Kediri dan banyak puncak lain, dan juga
konon salah satu puncaknya ada yang belum pernah didaki dan juga belum
ada yang berhasil berekspedisi ke salah satu puncaknya tersebut.
Ada juga puncak lain 2300mdpl yang dapat diakses lewat daerah
Tulungagung yang merupakan puncak paling favorit didaki para pendaki
karena selain medannya menantang, juga banyak ditemui pemandangan alami
misalnya air terjun, situs purbakala atau candi , juga hamparan kebun
teh yang terkenal dengan sebutan Teh Hijau Kaki Wilis.
Selain itu juga terkenal daerah penghasil susu sapi dan sayuran seperti
kobis, kol, wortel, sawi dll. Gunung tersebut dapat dikatakan bahwa
merupakan gunung yang masih dikatakan alami ‘Perawan’ karena pada
dasarnya lokasinya yang jauh dari pusat kota dan keramaian apalagi akses
ke lokasi dengan kendaraan umum juga lumayan sulit didapatkan sehingga
jarang dijamah tangan pendaki yang usil.
Dalam setiap perjalanannya ke Puncak banyak juga ditemui tanaman alami
khas pegunungan suplir, Anggrek, namun jarang ditemui edelwise yang
tidak dapat ditemui dari gunung - gunung lain dan juga masih terkenal
dengan binatang buasnya dan liar semisal harimau, ular phiton, monyet,
babi hutan.
Jalur Tulungagung merupakan jalur favorit masyarakat Tulungagung dan
sekitarnya. Jalur ini memakan waktu 6 - 8 jam ( panjang jalur 7 - 9 km )
dimana disini tidak ada yang namanya pos pendakian base camp, pos
penjaga dll. Selain itu air hanya dapat diperoleh di desa terakhir dan
di air terjun yang lokasinya ¼ dari perjalanan. Kepuncak perlu diingat
bahwa gunung ini banyak hewan penghisap darah ( pacet ) di sepanjang
jalur sampai puncak.
Sebaiknya kita menyiapkan air yang lebih banyak jika kita mendaki 2 hari
misalnya 1 malam menginap di watu godeg, semalam lagi di puncak dimana
kita harus menyiapkan persediaan air di ½ perjalanan ( watu godeg ) dan
di disembunyikan didaerah itu sehingga jika kita pulang tidak takut
kehabisan air dan dapat langsung beristirahat memasak lagi di tengah
perjalanan.
Dari watu godeg ke puncak maka sudah ada plang tanda informasi ke puncak
dimana watu godeg merupakan titik temu dari air terjun dengan jalur
kedua, dan dari sinilah jalur menuju kepuncak akan menjadi satu jalur.
Dua Jalur Pendakian Gunung Wilis
Dari desa terakhir menuju ke Puncak dapat dilewati melalui 2 jalur yaitu
:
1. Jalur 1 air terjun.
2. Jalur 2 langsung puncak.
Jalur tersebut sama - sama melewati kebun teh yang sangat hijau dan
setelah kebun teh akan berpisah jalurnya dimana jika ke air terjun ada
dikiri dan jalur kedua kekanan menuju kebun sayuran. Dan yang pasti
kedua jalur tersebut tidak ada yang menghindarkan dari gigitan pacet.
Transportasi
Info Jalur pendakian menuju desa terakhir : dari terminal Tulungagung
naik angkutan pedesaan menuju kedesa Sendang dan turun di Pertigaan
koramil Sendang. Dari sini naik angkutan desa / ojek menuju kedesa
penampe’an ( penampihan ).
Untuk diingat bahwa angkudes ini sangat jarang sehingga perlu adanya
koordinasi proses pendakian didalam perhitungan kapan waktu pendakian
dan kepulangan. Kalo perlu koordinasi dengan sopir karena angkudes hanya
beroperasi jam 8 - 16 sore dan berangkat tiap 1 jam sekali.
Jika kita naik angkudes maka kita akan diturunkan ke desa terakhir dan
perlu berjalan kaki 1/2 km untuk menuju ke candi penampihan, namun jika
kita naik ojek akan diturunkan di candi penampihan sehingga lebih
efisien waktu dan tenaga.
Dari sinilah kita akan memulai pendakian sehinnga perlu adanya persiapan
didesa terakhir ini. Bila perlu bekal ditambah misalnya beli sayuran
untuk bekal memasak dan juga susu untuk menunjang gizi yang harganya
relatif murah. Untuk susu didapat dengan membeli pada jam 8 pagi dan jam
3 sore karena selain jam tersebut susu sudah dikirim ke pabrik pengolah
susu.
Mekanisme Pendakian
Jalur pertama, merupakan jalur yang tidak perlu membawa air hingga air
terjun ( 1/4 perjalanan ) dimana untuk menuju ke air terjun akan
melewati 7 anak sungai kecil yang harus diseberangi disisi lain juga
tidak terlalu memakan tenaga agar sampai ke air terjun karena hanya
melewati bukit kecil dan anak sungai tersebut.
Kekurangannya yaitu untuk ke air terjun pemandangannya hanya pohon
gundul yang tidak rindang lagi, banyak ditebangi sehingga kalau disiang
hari akan terasa terik dan panas namun dapat diatasi dengan membasuh
dengan air di tiap anak sungai.
Setelah dari terjun ini pemandangannya bagus sekali dimana kita dapat
melihat air terjun yang tingginya 30 meter. Perlu di ingat bahwa
disinilah pusat pacet paling banyak sehingga perlu berhati - hati jika
mandi walaupun tidak berbahaya mungkin jika suatu misal kita terhisap 50
ekor saja, dapat dibayangkan berapa darah segar yang terbuang sia - sia
sehingga dapat dipastikan kita bisa terserang anemia ( kekurangan darah
) dan malah bisa mengakibatkanhipotermia / penurunan suhu tubuh.
Kekurangannya lagi dimana jalur dari air terjun ke watu godeg akan
sangat berat karena kemiringan lerengnya relatif menanjak dengan sudut
kemiringan 45 derajat sehingga butuh tenaga ekstra hingga setengah
perjalanan ( watu godeg ). Untuk jalur ini tidak dianjurkan pada waktu
musim penghujan karena licin, becek dan di sisi kiri adalah jurang
sehingga perlu kehati - hatian dan keahlian khusus. Struktur tanahnya
labil dan tersusun dari tanah liat sehingga sangat licin perlu memakai
sepatu bot ataupun sepatu sepak bola.
Jalur ini tidak memiliki plang ( tanda arah menuju watu godeg ) sehingga
perlu dilakukan penyisiran jalan agar tidak tersesat jika belum pernah
mendaki gunung ini. Setelah sampai watu godeg (berwujud batu besar yang
mengapit sebuah tanah datar yang lumayan lebar) dan ditanah ini kita
bisa mendirikan base camp agar terhindar dari angin. Dari jalur ini
kurang lebih memakan waktu 4 jam untuk sampai watu godeg. Dari sinilah
jalur antara keduanya ( jalur 1 dan jalur 2 ) akan bergabung dan
terdapat penunjuk jalan ke puncak.
Jalur kedua, adalah jalur yang harus melewati kebun sayuran ( ada rumah
penyimpan sayuran ) yang dihalaman luarnya ada kolam ikannya. Dijalan
ini melewati satu anak sungai barulah kita menaiki bukit dan disinilah
kita harus mencari jalan menuju puncaknya yang terlihat ada plang (
penunjuk jalan ).Jalur disini akan terlihat tertutup rerumputan sehingga
harus jeli melihat manakah jalur air ataukah jalur setapak.
Perlu diingat bahwa pada jalur ini sampai puncak tidak akan ada air lagi
Untuk jalur ini jalurnya lebih jelas dan sudah terbentuk seperti anak
tangga ( ada plang jalurnya juga tiap berapa meter sekali ) dan sangat
rindang sekali, dikanan dan kirinya pepohonan khas hutan tropis
Indonesia. Di sini kemiringannya 20 - 30 derajat dan ada bonus trak
mendatarnya juga sehungga lebih hemat tenaga. Namun perlu hati - hati
juga karena jalurnya juga bercabang banyak menuju ke lembah atau bahkan
ke turun lagi.
Perlu hati - hati memilih jalur, usahakan tetep berkonsentrasi terhadap
jalur tipuan tersebut. Perlu diperhatikan dalam pencarian jalur ini
usahakan cari jalur yang terlihat menanjak terus dan ada tanda
keberadaan plang info jalur ( hindari jalur turun yang curam karena
menuju kedasar tebing ). Jalur ini relatif cepat yaitu untuk kewatu
godeg dapat ditempuh 3 - 3,5 jam. Setelah sampai watu godeg maka dapat
bermalam dahulu. Baru melanjutkan lagi. Jalur ini tidak akan melewati
air terjun lagi karena jika kita ke air terjun sama halnya kita kembali
ke ¼ perjalanan lagi.
Dari watu godeg ini jalur sudah bersatu dan hanya ada satu jalur yang
menuju kepuncak namun tanah nya sangat labil, usahakan hindari tanah
yang bergerak bila di injak( tanahnya empuk seperti kasur ) karena tanah
tersebut biasanya akan membuat terpeleset atau kaki terkilir karena
kaki kita tenggelam dan akhirnya terjatuh. Dan dalam perjalanan ini
pastilah kita akan di gigit pacet, karena pada tanah yang empuk tersebut
biasanya merupakan sarang dari pacet, usahakan kaki dan tangan
dilindungi dengan kaos kali tebal dan panjang, kalau perlu kaki diberi
lotion anti nyamuk yang relatif efektif.
jangan lupa membawa tembakau yang berguna untuk melepaskan dan
menghentikan aliran darah yang keluar. Dalam perjalanan ini kita akan
melihat banyak pohon besar yang akan kita lewati bagian tengah ( sela -
sela ) batangnya. Setelah watu godeg ini jalurnya relatif ringan karena
kita hanya menuruti jalan yang berada pada punggungan yang kiri dan
kanannya berupa lembah curam ( jurang ) dan pastikan keselamatan diri
dan barang bawaan karena ketika beristirahat kita pasti lupa penempatan
barang - barang dilokasi yang aman, namun jangan salah jika hampir
mendekati puncak maka jalannya akan menanjak terus sepanjang 2 km.
Ciri ciri akan mendekati puncak adalah banyaknya pohon cemara / pinus
dan mulai jarang tumbuhan yang lebat tetapi akan berganti menjadi pinus
dan rerumputan dan lumut. Pada ketinggian ini maka banyak lumut akan
hidup di batang pohon dan batuan Usahakan dalam mendaki dan hampir
puncak kita membuka kompas dan hafalkan arah turunnya karena penulis
dulunya pernah tersesat ½ hari hanya akibat salah perkiraan arah pulang.
Dan kami ingatkan bahwa kita berangkat dari arah timur ( desa terakhir )
dan bergerak memgelilingi puncak dengan mengitari dari selatan puncak
dan sampai puncak kita sudah berada di barat nya gunung / puncak,
sehingga jangan salah tafsir karena biasanya pendaki pasti berfikir
berangkat dari timur pastilah kita berada ditimur puncak. Apalagi
biasanya pendakian dilakukan paling banyak dilakukan malam hari kita
tidak bisa menafsirkan arah mata angin dengan rasi bintang, arah bulan
maupun arah gemerlapnya kota.
Puncak ini tidak ada simbol keabadian puncak misalnya tugu puncak yang
terbuat dari beton, tetapi hanya tugu yang tersusun dari bebatuan yang
tertata setinggi 1 meter tanpa semen. Dari puncak wilis ini jika cuaca
cerah maka kita dapat melihat Gunung semeru dan merupakan gunung aktif
tertinggi 3676 mdpl di Jawa yang berada di timur kita.
Kita dapat melihat kepulan asap Mahameru yang meletup tiap 15 menit
sekali, yang menunjukkan kegagahannya dan kita pasti bangga karena kita
seakan - akan berdiri tegap dan sejajar dengan gunung semeru, dan juga
pasir putih yang mengelilingi semeru tsb. Pada sisi kiri utara Semeru
terlihat juga gunung Bromo 2382 mdpl dan agak kebaratnya Gunung
Welirang 3156 mdpl dan gunung Arjuno 3338 mdpl yang terkenal
keangkerannya dan mistiknya dan juga gunung nonaktif Anjasmoro 2282
mdpl.
Di ibarat nya lagi adalah gunung Kawi dan Gunung Kelud 1731 mdpl yang
terkenal dengan kawah air hangatnya yang dapat menyembuhkan penyakit
kulit. Belum lagi bagian barat wilis kita dapat melihat gunung Lawu 3265
mdpl yang merupakan gunung di perbatasan Jawa Timur - Jawa Tengah.
Tidak tertutup kemungkinan kita dapat melihat gunung Merapi, di Jawa
Tengah 2911 mdpl dan Gunung Merbabu 3142 mdpl tapi sayangnya pada posisi
itu barat laut maka kita akan tertutup oleh puncak wilis yang lain.
Pada arah utaranya kita tidak dapat melihat apa - apa termasuk kota
Kediri karena juga tertutup oleh puncak lain yang berada diutara kita,
namun yang justru mengherankan adalah pada posisi utara ini bawah puncak
liman dan sejajar dengan kita, sehingga kita dapat melihat sebuah Candi
yang ada pada ketinggian 2300 mdpl.
Pada pandangan ke selatan kita dapat melihat kota Tulungagung yang
terkenal sebagai kota marmer, dan pandangan jauh keselatan dapat
dilihat air laut yang biru bagaikan kita diujung langit, melihat
hamparan laut yang luas.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-wilis.html#sthash.vj0g6hXI.dpuf
Sumber:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-wilis.htmlMuhammad Chamdun
Gunung Wilis merupakan gunung tidak aktif dengan tinggi 2563 mdpl di
Jawa Timur. Gunung tersebut merupakan gunung dengan 5 puncak yang masing
- masing dapat dijangkau dari tiap kota misalnya Puncak Liman dapat
dijangkau dari kota Nganjuk dan Kediri dan banyak puncak lain, dan juga
konon salah satu puncaknya ada yang belum pernah didaki dan juga belum
ada yang berhasil berekspedisi ke salah satu puncaknya tersebut.
Ada juga puncak lain 2300mdpl yang dapat diakses lewat daerah
Tulungagung yang merupakan puncak paling favorit didaki para pendaki
karena selain medannya menantang, juga banyak ditemui pemandangan alami
misalnya air terjun, situs purbakala atau candi , juga hamparan kebun
teh yang terkenal dengan sebutan Teh Hijau Kaki Wilis.
Selain itu juga terkenal daerah penghasil susu sapi dan sayuran seperti
kobis, kol, wortel, sawi dll. Gunung tersebut dapat dikatakan bahwa
merupakan gunung yang masih dikatakan alami ‘Perawan’ karena pada
dasarnya lokasinya yang jauh dari pusat kota dan keramaian apalagi akses
ke lokasi dengan kendaraan umum juga lumayan sulit didapatkan sehingga
jarang dijamah tangan pendaki yang usil.
Dalam setiap perjalanannya ke Puncak banyak juga ditemui tanaman alami
khas pegunungan suplir, Anggrek, namun jarang ditemui edelwise yang
tidak dapat ditemui dari gunung - gunung lain dan juga masih terkenal
dengan binatang buasnya dan liar semisal harimau, ular phiton, monyet,
babi hutan.
Jalur Tulungagung merupakan jalur favorit masyarakat Tulungagung dan
sekitarnya. Jalur ini memakan waktu 6 - 8 jam ( panjang jalur 7 - 9 km )
dimana disini tidak ada yang namanya pos pendakian base camp, pos
penjaga dll. Selain itu air hanya dapat diperoleh di desa terakhir dan
di air terjun yang lokasinya ¼ dari perjalanan. Kepuncak perlu diingat
bahwa gunung ini banyak hewan penghisap darah ( pacet ) di sepanjang
jalur sampai puncak.
Sebaiknya kita menyiapkan air yang lebih banyak jika kita mendaki 2 hari
misalnya 1 malam menginap di watu godeg, semalam lagi di puncak dimana
kita harus menyiapkan persediaan air di ½ perjalanan ( watu godeg ) dan
di disembunyikan didaerah itu sehingga jika kita pulang tidak takut
kehabisan air dan dapat langsung beristirahat memasak lagi di tengah
perjalanan.
Dari watu godeg ke puncak maka sudah ada plang tanda informasi ke puncak
dimana watu godeg merupakan titik temu dari air terjun dengan jalur
kedua, dan dari sinilah jalur menuju kepuncak akan menjadi satu jalur.
Dua Jalur Pendakian Gunung Wilis
Dari desa terakhir menuju ke Puncak dapat dilewati melalui 2 jalur yaitu
:
1. Jalur 1 air terjun.
2. Jalur 2 langsung puncak.
Jalur tersebut sama - sama melewati kebun teh yang sangat hijau dan
setelah kebun teh akan berpisah jalurnya dimana jika ke air terjun ada
dikiri dan jalur kedua kekanan menuju kebun sayuran. Dan yang pasti
kedua jalur tersebut tidak ada yang menghindarkan dari gigitan pacet.
Transportasi
Info Jalur pendakian menuju desa terakhir : dari terminal Tulungagung
naik angkutan pedesaan menuju kedesa Sendang dan turun di Pertigaan
koramil Sendang. Dari sini naik angkutan desa / ojek menuju kedesa
penampe’an ( penampihan ).
Untuk diingat bahwa angkudes ini sangat jarang sehingga perlu adanya
koordinasi proses pendakian didalam perhitungan kapan waktu pendakian
dan kepulangan. Kalo perlu koordinasi dengan sopir karena angkudes hanya
beroperasi jam 8 - 16 sore dan berangkat tiap 1 jam sekali.
Jika kita naik angkudes maka kita akan diturunkan ke desa terakhir dan
perlu berjalan kaki 1/2 km untuk menuju ke candi penampihan, namun jika
kita naik ojek akan diturunkan di candi penampihan sehingga lebih
efisien waktu dan tenaga.
Dari sinilah kita akan memulai pendakian sehinnga perlu adanya persiapan
didesa terakhir ini. Bila perlu bekal ditambah misalnya beli sayuran
untuk bekal memasak dan juga susu untuk menunjang gizi yang harganya
relatif murah. Untuk susu didapat dengan membeli pada jam 8 pagi dan jam
3 sore karena selain jam tersebut susu sudah dikirim ke pabrik pengolah
susu.
Mekanisme Pendakian
Jalur pertama, merupakan jalur yang tidak perlu membawa air hingga air
terjun ( 1/4 perjalanan ) dimana untuk menuju ke air terjun akan
melewati 7 anak sungai kecil yang harus diseberangi disisi lain juga
tidak terlalu memakan tenaga agar sampai ke air terjun karena hanya
melewati bukit kecil dan anak sungai tersebut.
Kekurangannya yaitu untuk ke air terjun pemandangannya hanya pohon
gundul yang tidak rindang lagi, banyak ditebangi sehingga kalau disiang
hari akan terasa terik dan panas namun dapat diatasi dengan membasuh
dengan air di tiap anak sungai.
Setelah dari terjun ini pemandangannya bagus sekali dimana kita dapat
melihat air terjun yang tingginya 30 meter. Perlu di ingat bahwa
disinilah pusat pacet paling banyak sehingga perlu berhati - hati jika
mandi walaupun tidak berbahaya mungkin jika suatu misal kita terhisap 50
ekor saja, dapat dibayangkan berapa darah segar yang terbuang sia - sia
sehingga dapat dipastikan kita bisa terserang anemia ( kekurangan darah
) dan malah bisa mengakibatkanhipotermia / penurunan suhu tubuh.
Kekurangannya lagi dimana jalur dari air terjun ke watu godeg akan
sangat berat karena kemiringan lerengnya relatif menanjak dengan sudut
kemiringan 45 derajat sehingga butuh tenaga ekstra hingga setengah
perjalanan ( watu godeg ). Untuk jalur ini tidak dianjurkan pada waktu
musim penghujan karena licin, becek dan di sisi kiri adalah jurang
sehingga perlu kehati - hatian dan keahlian khusus. Struktur tanahnya
labil dan tersusun dari tanah liat sehingga sangat licin perlu memakai
sepatu bot ataupun sepatu sepak bola.
Jalur ini tidak memiliki plang ( tanda arah menuju watu godeg ) sehingga
perlu dilakukan penyisiran jalan agar tidak tersesat jika belum pernah
mendaki gunung ini. Setelah sampai watu godeg (berwujud batu besar yang
mengapit sebuah tanah datar yang lumayan lebar) dan ditanah ini kita
bisa mendirikan base camp agar terhindar dari angin. Dari jalur ini
kurang lebih memakan waktu 4 jam untuk sampai watu godeg. Dari sinilah
jalur antara keduanya ( jalur 1 dan jalur 2 ) akan bergabung dan
terdapat penunjuk jalan ke puncak.
Jalur kedua, adalah jalur yang harus melewati kebun sayuran ( ada rumah
penyimpan sayuran ) yang dihalaman luarnya ada kolam ikannya. Dijalan
ini melewati satu anak sungai barulah kita menaiki bukit dan disinilah
kita harus mencari jalan menuju puncaknya yang terlihat ada plang (
penunjuk jalan ).Jalur disini akan terlihat tertutup rerumputan sehingga
harus jeli melihat manakah jalur air ataukah jalur setapak.
Perlu diingat bahwa pada jalur ini sampai puncak tidak akan ada air lagi
Untuk jalur ini jalurnya lebih jelas dan sudah terbentuk seperti anak
tangga ( ada plang jalurnya juga tiap berapa meter sekali ) dan sangat
rindang sekali, dikanan dan kirinya pepohonan khas hutan tropis
Indonesia. Di sini kemiringannya 20 - 30 derajat dan ada bonus trak
mendatarnya juga sehungga lebih hemat tenaga. Namun perlu hati - hati
juga karena jalurnya juga bercabang banyak menuju ke lembah atau bahkan
ke turun lagi.
Perlu hati - hati memilih jalur, usahakan tetep berkonsentrasi terhadap
jalur tipuan tersebut. Perlu diperhatikan dalam pencarian jalur ini
usahakan cari jalur yang terlihat menanjak terus dan ada tanda
keberadaan plang info jalur ( hindari jalur turun yang curam karena
menuju kedasar tebing ). Jalur ini relatif cepat yaitu untuk kewatu
godeg dapat ditempuh 3 - 3,5 jam. Setelah sampai watu godeg maka dapat
bermalam dahulu. Baru melanjutkan lagi. Jalur ini tidak akan melewati
air terjun lagi karena jika kita ke air terjun sama halnya kita kembali
ke ¼ perjalanan lagi.
Dari watu godeg ini jalur sudah bersatu dan hanya ada satu jalur yang
menuju kepuncak namun tanah nya sangat labil, usahakan hindari tanah
yang bergerak bila di injak( tanahnya empuk seperti kasur ) karena tanah
tersebut biasanya akan membuat terpeleset atau kaki terkilir karena
kaki kita tenggelam dan akhirnya terjatuh. Dan dalam perjalanan ini
pastilah kita akan di gigit pacet, karena pada tanah yang empuk tersebut
biasanya merupakan sarang dari pacet, usahakan kaki dan tangan
dilindungi dengan kaos kali tebal dan panjang, kalau perlu kaki diberi
lotion anti nyamuk yang relatif efektif.
jangan lupa membawa tembakau yang berguna untuk melepaskan dan
menghentikan aliran darah yang keluar. Dalam perjalanan ini kita akan
melihat banyak pohon besar yang akan kita lewati bagian tengah ( sela -
sela ) batangnya. Setelah watu godeg ini jalurnya relatif ringan karena
kita hanya menuruti jalan yang berada pada punggungan yang kiri dan
kanannya berupa lembah curam ( jurang ) dan pastikan keselamatan diri
dan barang bawaan karena ketika beristirahat kita pasti lupa penempatan
barang - barang dilokasi yang aman, namun jangan salah jika hampir
mendekati puncak maka jalannya akan menanjak terus sepanjang 2 km.
Ciri ciri akan mendekati puncak adalah banyaknya pohon cemara / pinus
dan mulai jarang tumbuhan yang lebat tetapi akan berganti menjadi pinus
dan rerumputan dan lumut. Pada ketinggian ini maka banyak lumut akan
hidup di batang pohon dan batuan Usahakan dalam mendaki dan hampir
puncak kita membuka kompas dan hafalkan arah turunnya karena penulis
dulunya pernah tersesat ½ hari hanya akibat salah perkiraan arah pulang.
Dan kami ingatkan bahwa kita berangkat dari arah timur ( desa terakhir )
dan bergerak memgelilingi puncak dengan mengitari dari selatan puncak
dan sampai puncak kita sudah berada di barat nya gunung / puncak,
sehingga jangan salah tafsir karena biasanya pendaki pasti berfikir
berangkat dari timur pastilah kita berada ditimur puncak. Apalagi
biasanya pendakian dilakukan paling banyak dilakukan malam hari kita
tidak bisa menafsirkan arah mata angin dengan rasi bintang, arah bulan
maupun arah gemerlapnya kota.
Puncak ini tidak ada simbol keabadian puncak misalnya tugu puncak yang
terbuat dari beton, tetapi hanya tugu yang tersusun dari bebatuan yang
tertata setinggi 1 meter tanpa semen. Dari puncak wilis ini jika cuaca
cerah maka kita dapat melihat Gunung semeru dan merupakan gunung aktif
tertinggi 3676 mdpl di Jawa yang berada di timur kita.
Kita dapat melihat kepulan asap Mahameru yang meletup tiap 15 menit
sekali, yang menunjukkan kegagahannya dan kita pasti bangga karena kita
seakan - akan berdiri tegap dan sejajar dengan gunung semeru, dan juga
pasir putih yang mengelilingi semeru tsb. Pada sisi kiri utara Semeru
terlihat juga gunung Bromo 2382 mdpl dan agak kebaratnya Gunung
Welirang 3156 mdpl dan gunung Arjuno 3338 mdpl yang terkenal
keangkerannya dan mistiknya dan juga gunung nonaktif Anjasmoro 2282
mdpl.
Di ibarat nya lagi adalah gunung Kawi dan Gunung Kelud 1731 mdpl yang
terkenal dengan kawah air hangatnya yang dapat menyembuhkan penyakit
kulit. Belum lagi bagian barat wilis kita dapat melihat gunung Lawu 3265
mdpl yang merupakan gunung di perbatasan Jawa Timur - Jawa Tengah.
Tidak tertutup kemungkinan kita dapat melihat gunung Merapi, di Jawa
Tengah 2911 mdpl dan Gunung Merbabu 3142 mdpl tapi sayangnya pada posisi
itu barat laut maka kita akan tertutup oleh puncak wilis yang lain.
Pada arah utaranya kita tidak dapat melihat apa - apa termasuk kota
Kediri karena juga tertutup oleh puncak lain yang berada diutara kita,
namun yang justru mengherankan adalah pada posisi utara ini bawah puncak
liman dan sejajar dengan kita, sehingga kita dapat melihat sebuah Candi
yang ada pada ketinggian 2300 mdpl.
Pada pandangan ke selatan kita dapat melihat kota Tulungagung yang
terkenal sebagai kota marmer, dan pandangan jauh keselatan dapat
dilihat air laut yang biru bagaikan kita diujung langit, melihat
hamparan laut yang luas.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-wilis.html#sthash.vj0g6hXI.dpuf
Sumber:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-wilis.htmlMuhammad Chamdun
Gunung Wilis merupakan gunung tidak aktif dengan tinggi 2563 mdpl di
Jawa Timur. Gunung tersebut merupakan gunung dengan 5 puncak yang masing
- masing dapat dijangkau dari tiap kota misalnya Puncak Liman dapat
dijangkau dari kota Nganjuk dan Kediri dan banyak puncak lain, dan juga
konon salah satu puncaknya ada yang belum pernah didaki dan juga belum
ada yang berhasil berekspedisi ke salah satu puncaknya tersebut.
Ada juga puncak lain 2300mdpl yang dapat diakses lewat daerah
Tulungagung yang merupakan puncak paling favorit didaki para pendaki
karena selain medannya menantang, juga banyak ditemui pemandangan alami
misalnya air terjun, situs purbakala atau candi , juga hamparan kebun
teh yang terkenal dengan sebutan Teh Hijau Kaki Wilis.
Selain itu juga terkenal daerah penghasil susu sapi dan sayuran seperti
kobis, kol, wortel, sawi dll. Gunung tersebut dapat dikatakan bahwa
merupakan gunung yang masih dikatakan alami ‘Perawan’ karena pada
dasarnya lokasinya yang jauh dari pusat kota dan keramaian apalagi akses
ke lokasi dengan kendaraan umum juga lumayan sulit didapatkan sehingga
jarang dijamah tangan pendaki yang usil.
Dalam setiap perjalanannya ke Puncak banyak juga ditemui tanaman alami
khas pegunungan suplir, Anggrek, namun jarang ditemui edelwise yang
tidak dapat ditemui dari gunung - gunung lain dan juga masih terkenal
dengan binatang buasnya dan liar semisal harimau, ular phiton, monyet,
babi hutan.
Jalur Tulungagung merupakan jalur favorit masyarakat Tulungagung dan
sekitarnya. Jalur ini memakan waktu 6 - 8 jam ( panjang jalur 7 - 9 km )
dimana disini tidak ada yang namanya pos pendakian base camp, pos
penjaga dll. Selain itu air hanya dapat diperoleh di desa terakhir dan
di air terjun yang lokasinya ¼ dari perjalanan. Kepuncak perlu diingat
bahwa gunung ini banyak hewan penghisap darah ( pacet ) di sepanjang
jalur sampai puncak.
Sebaiknya kita menyiapkan air yang lebih banyak jika kita mendaki 2 hari
misalnya 1 malam menginap di watu godeg, semalam lagi di puncak dimana
kita harus menyiapkan persediaan air di ½ perjalanan ( watu godeg ) dan
di disembunyikan didaerah itu sehingga jika kita pulang tidak takut
kehabisan air dan dapat langsung beristirahat memasak lagi di tengah
perjalanan.
Dari watu godeg ke puncak maka sudah ada plang tanda informasi ke puncak
dimana watu godeg merupakan titik temu dari air terjun dengan jalur
kedua, dan dari sinilah jalur menuju kepuncak akan menjadi satu jalur.
Dua Jalur Pendakian Gunung Wilis
Dari desa terakhir menuju ke Puncak dapat dilewati melalui 2 jalur yaitu
:
1. Jalur 1 air terjun.
2. Jalur 2 langsung puncak.
Jalur tersebut sama - sama melewati kebun teh yang sangat hijau dan
setelah kebun teh akan berpisah jalurnya dimana jika ke air terjun ada
dikiri dan jalur kedua kekanan menuju kebun sayuran. Dan yang pasti
kedua jalur tersebut tidak ada yang menghindarkan dari gigitan pacet.
Transportasi
Info Jalur pendakian menuju desa terakhir : dari terminal Tulungagung
naik angkutan pedesaan menuju kedesa Sendang dan turun di Pertigaan
koramil Sendang. Dari sini naik angkutan desa / ojek menuju kedesa
penampe’an ( penampihan ).
Untuk diingat bahwa angkudes ini sangat jarang sehingga perlu adanya
koordinasi proses pendakian didalam perhitungan kapan waktu pendakian
dan kepulangan. Kalo perlu koordinasi dengan sopir karena angkudes hanya
beroperasi jam 8 - 16 sore dan berangkat tiap 1 jam sekali.
Jika kita naik angkudes maka kita akan diturunkan ke desa terakhir dan
perlu berjalan kaki 1/2 km untuk menuju ke candi penampihan, namun jika
kita naik ojek akan diturunkan di candi penampihan sehingga lebih
efisien waktu dan tenaga.
Dari sinilah kita akan memulai pendakian sehinnga perlu adanya persiapan
didesa terakhir ini. Bila perlu bekal ditambah misalnya beli sayuran
untuk bekal memasak dan juga susu untuk menunjang gizi yang harganya
relatif murah. Untuk susu didapat dengan membeli pada jam 8 pagi dan jam
3 sore karena selain jam tersebut susu sudah dikirim ke pabrik pengolah
susu.
Mekanisme Pendakian
Jalur pertama, merupakan jalur yang tidak perlu membawa air hingga air
terjun ( 1/4 perjalanan ) dimana untuk menuju ke air terjun akan
melewati 7 anak sungai kecil yang harus diseberangi disisi lain juga
tidak terlalu memakan tenaga agar sampai ke air terjun karena hanya
melewati bukit kecil dan anak sungai tersebut.
Kekurangannya yaitu untuk ke air terjun pemandangannya hanya pohon
gundul yang tidak rindang lagi, banyak ditebangi sehingga kalau disiang
hari akan terasa terik dan panas namun dapat diatasi dengan membasuh
dengan air di tiap anak sungai.
Setelah dari terjun ini pemandangannya bagus sekali dimana kita dapat
melihat air terjun yang tingginya 30 meter. Perlu di ingat bahwa
disinilah pusat pacet paling banyak sehingga perlu berhati - hati jika
mandi walaupun tidak berbahaya mungkin jika suatu misal kita terhisap 50
ekor saja, dapat dibayangkan berapa darah segar yang terbuang sia - sia
sehingga dapat dipastikan kita bisa terserang anemia ( kekurangan darah
) dan malah bisa mengakibatkanhipotermia / penurunan suhu tubuh.
Kekurangannya lagi dimana jalur dari air terjun ke watu godeg akan
sangat berat karena kemiringan lerengnya relatif menanjak dengan sudut
kemiringan 45 derajat sehingga butuh tenaga ekstra hingga setengah
perjalanan ( watu godeg ). Untuk jalur ini tidak dianjurkan pada waktu
musim penghujan karena licin, becek dan di sisi kiri adalah jurang
sehingga perlu kehati - hatian dan keahlian khusus. Struktur tanahnya
labil dan tersusun dari tanah liat sehingga sangat licin perlu memakai
sepatu bot ataupun sepatu sepak bola.
Jalur ini tidak memiliki plang ( tanda arah menuju watu godeg ) sehingga
perlu dilakukan penyisiran jalan agar tidak tersesat jika belum pernah
mendaki gunung ini. Setelah sampai watu godeg (berwujud batu besar yang
mengapit sebuah tanah datar yang lumayan lebar) dan ditanah ini kita
bisa mendirikan base camp agar terhindar dari angin. Dari jalur ini
kurang lebih memakan waktu 4 jam untuk sampai watu godeg. Dari sinilah
jalur antara keduanya ( jalur 1 dan jalur 2 ) akan bergabung dan
terdapat penunjuk jalan ke puncak.
Jalur kedua, adalah jalur yang harus melewati kebun sayuran ( ada rumah
penyimpan sayuran ) yang dihalaman luarnya ada kolam ikannya. Dijalan
ini melewati satu anak sungai barulah kita menaiki bukit dan disinilah
kita harus mencari jalan menuju puncaknya yang terlihat ada plang (
penunjuk jalan ).Jalur disini akan terlihat tertutup rerumputan sehingga
harus jeli melihat manakah jalur air ataukah jalur setapak.
Perlu diingat bahwa pada jalur ini sampai puncak tidak akan ada air lagi
Untuk jalur ini jalurnya lebih jelas dan sudah terbentuk seperti anak
tangga ( ada plang jalurnya juga tiap berapa meter sekali ) dan sangat
rindang sekali, dikanan dan kirinya pepohonan khas hutan tropis
Indonesia. Di sini kemiringannya 20 - 30 derajat dan ada bonus trak
mendatarnya juga sehungga lebih hemat tenaga. Namun perlu hati - hati
juga karena jalurnya juga bercabang banyak menuju ke lembah atau bahkan
ke turun lagi.
Perlu hati - hati memilih jalur, usahakan tetep berkonsentrasi terhadap
jalur tipuan tersebut. Perlu diperhatikan dalam pencarian jalur ini
usahakan cari jalur yang terlihat menanjak terus dan ada tanda
keberadaan plang info jalur ( hindari jalur turun yang curam karena
menuju kedasar tebing ). Jalur ini relatif cepat yaitu untuk kewatu
godeg dapat ditempuh 3 - 3,5 jam. Setelah sampai watu godeg maka dapat
bermalam dahulu. Baru melanjutkan lagi. Jalur ini tidak akan melewati
air terjun lagi karena jika kita ke air terjun sama halnya kita kembali
ke ¼ perjalanan lagi.
Dari watu godeg ini jalur sudah bersatu dan hanya ada satu jalur yang
menuju kepuncak namun tanah nya sangat labil, usahakan hindari tanah
yang bergerak bila di injak( tanahnya empuk seperti kasur ) karena tanah
tersebut biasanya akan membuat terpeleset atau kaki terkilir karena
kaki kita tenggelam dan akhirnya terjatuh. Dan dalam perjalanan ini
pastilah kita akan di gigit pacet, karena pada tanah yang empuk tersebut
biasanya merupakan sarang dari pacet, usahakan kaki dan tangan
dilindungi dengan kaos kali tebal dan panjang, kalau perlu kaki diberi
lotion anti nyamuk yang relatif efektif.
jangan lupa membawa tembakau yang berguna untuk melepaskan dan
menghentikan aliran darah yang keluar. Dalam perjalanan ini kita akan
melihat banyak pohon besar yang akan kita lewati bagian tengah ( sela -
sela ) batangnya. Setelah watu godeg ini jalurnya relatif ringan karena
kita hanya menuruti jalan yang berada pada punggungan yang kiri dan
kanannya berupa lembah curam ( jurang ) dan pastikan keselamatan diri
dan barang bawaan karena ketika beristirahat kita pasti lupa penempatan
barang - barang dilokasi yang aman, namun jangan salah jika hampir
mendekati puncak maka jalannya akan menanjak terus sepanjang 2 km.
Ciri ciri akan mendekati puncak adalah banyaknya pohon cemara / pinus
dan mulai jarang tumbuhan yang lebat tetapi akan berganti menjadi pinus
dan rerumputan dan lumut. Pada ketinggian ini maka banyak lumut akan
hidup di batang pohon dan batuan Usahakan dalam mendaki dan hampir
puncak kita membuka kompas dan hafalkan arah turunnya karena penulis
dulunya pernah tersesat ½ hari hanya akibat salah perkiraan arah pulang.
Dan kami ingatkan bahwa kita berangkat dari arah timur ( desa terakhir )
dan bergerak memgelilingi puncak dengan mengitari dari selatan puncak
dan sampai puncak kita sudah berada di barat nya gunung / puncak,
sehingga jangan salah tafsir karena biasanya pendaki pasti berfikir
berangkat dari timur pastilah kita berada ditimur puncak. Apalagi
biasanya pendakian dilakukan paling banyak dilakukan malam hari kita
tidak bisa menafsirkan arah mata angin dengan rasi bintang, arah bulan
maupun arah gemerlapnya kota.
Puncak ini tidak ada simbol keabadian puncak misalnya tugu puncak yang
terbuat dari beton, tetapi hanya tugu yang tersusun dari bebatuan yang
tertata setinggi 1 meter tanpa semen. Dari puncak wilis ini jika cuaca
cerah maka kita dapat melihat Gunung semeru dan merupakan gunung aktif
tertinggi 3676 mdpl di Jawa yang berada di timur kita.
Kita dapat melihat kepulan asap Mahameru yang meletup tiap 15 menit
sekali, yang menunjukkan kegagahannya dan kita pasti bangga karena kita
seakan - akan berdiri tegap dan sejajar dengan gunung semeru, dan juga
pasir putih yang mengelilingi semeru tsb. Pada sisi kiri utara Semeru
terlihat juga gunung Bromo 2382 mdpl dan agak kebaratnya Gunung
Welirang 3156 mdpl dan gunung Arjuno 3338 mdpl yang terkenal
keangkerannya dan mistiknya dan juga gunung nonaktif Anjasmoro 2282
mdpl.
Di ibarat nya lagi adalah gunung Kawi dan Gunung Kelud 1731 mdpl yang
terkenal dengan kawah air hangatnya yang dapat menyembuhkan penyakit
kulit. Belum lagi bagian barat wilis kita dapat melihat gunung Lawu 3265
mdpl yang merupakan gunung di perbatasan Jawa Timur - Jawa Tengah.
Tidak tertutup kemungkinan kita dapat melihat gunung Merapi, di Jawa
Tengah 2911 mdpl dan Gunung Merbabu 3142 mdpl tapi sayangnya pada posisi
itu barat laut maka kita akan tertutup oleh puncak wilis yang lain.
Pada arah utaranya kita tidak dapat melihat apa - apa termasuk kota
Kediri karena juga tertutup oleh puncak lain yang berada diutara kita,
namun yang justru mengherankan adalah pada posisi utara ini bawah puncak
liman dan sejajar dengan kita, sehingga kita dapat melihat sebuah Candi
yang ada pada ketinggian 2300 mdpl.
Pada pandangan ke selatan kita dapat melihat kota Tulungagung yang
terkenal sebagai kota marmer, dan pandangan jauh keselatan dapat
dilihat air laut yang biru bagaikan kita diujung langit, melihat
hamparan laut yang luas.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-wilis.html#sthash.vj0g6hXI.dpuf
Sumber:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-wilis.htmlMuhammad Chamdun